Separuh
Jiwa Telah Pergi
oleh: Uun Undarti Septiani
Lembah
Bujang karya M. Shoim Anwar mengangkat tema sosial politik. Anggota militer yang ditugaskan di daerah
perbatasan yang rawan konflik. Untuk mengamankan kesatuan kedaulatan negara.
Tugas anggota militer di perbatasan mengawasi warga asing yang memasuki daerah kekuasaan. Warga asing digeledah satu persatu
dimulai paspor hingga barang yang dibawa
tersebut. Mengantisipasi terjadinya penyelundupan barang-barang ilegal.
Misalnya beras impor, bawang impor, bahkan yang kuatirkan adalah senjata api
ilegal masuk ke negara itu. Maka anggota militer berusaha keras agar barang-barang itu tidak masuk atau
penyelundupan barang. Juga mencegah
bebasnya warga asing keluar masuk yang tidak disertai identitas lengkap. Bahkan
ada juga warga asing yang mencari suaka ke negara lain. Untuk mencegah terjadinya imigrasi gelap yang
ingin mencari suaka ke negara orang.
Meskipun warga asing tidak mempunyai identitas lengkap bahkan sudah
dilarang oleh anggota militer untuk memasuki daerah kedaulatan negara lain.
Tetap saja nekat masuk kenegara itu.
Melewati
jalan-jalan tikus untuk menghindari dari pemeriksaan dari pihak keamanan. Warga
asing itu dengan bebas keluar masuk tanpa ada pemeriksaan. Semakin dilarang
mereka semakin nekat untuk mencari jalan menuju negara tujuan yang mereka ingin
singgahi. Anggota militer tersebut dengan tegas bagi warga yang memasuki
kedaulatan kesatuan negara yang tidak mempunyai identitas yang lengkap akan
ditangkap bahkan dipenjara bila terbukti melanggarnya.
Warga
asing tersebut mencari suaka ke negara lain dengan tujuan untuk mendapatkan
kehidupan yang layak. Dari negara asalnya kemungkinan terjadi konflik politik
yang ada di daerah asalnya. Sehingga mereka sulit untuk beraktifitas
sehari-hari mulai dari bekerja, sekolah, bahkan kebebasan untuk beribadah.
Ruang gerak yang dimiliki menjadi sempit tidak sebebas seperti dulu. Sehingga
mereka tidak nyaman dengan negaranya
sendiri ingin rasanya keluar dari itu. Tetapi disisi lain mereka
tidak tega untuk meninggalkan tempat kelahirannya. Karena dari tempat itulah ada
kenangan yang indah yang sulit dilupakan.
Cuplikan
cerpen sebagai berikut “pendukung partai
pemerintah di sekitar wilanyah perbatasan makin mengecil dan mengganti
pendukung partai oposisi yang selalu menjanjikan perubahan mesti kami tahu
bahwa itu bohong. Hidup di perbatasan ternyata menimbulkan masalah” (2014:44).
Dari cuplikan tersebut suasana politik
yang memanas. Saling sikut kanan dan sikut kiri. Terjadi krisis ketidak
percayaan warga sipil terhadap elit-elit atas. Mereka yang dibutuhkan adalah
kepercayaan yang bisa dipegang bukan janji. Perubahan itu sangat penting
bagi warga sipil.
Bunyi
senjata dari darat, laut, dan udara saling berlomba. Ranjau-ranjau ada
dimana-mana yang siap diledakan. Letusan itu memekahkan telinga. Barisan
panjang teng-teng amvibi dipersiapkan untuk melawan musuh. Bahkan pesawat yang canggih pun turut
ikut serta dalam pertempuran itu. Untuk menjaga keutuhan negara. Suasana semakin mencekap dan tidak kondusif
lagi. Peperangan tidak ada ujungnya. Pagi, siang, dan malam harus siap untuk
bertempur. Berbagai stategi disusun mulai dari teknik stategi A sampai Z. Untuk
melumpuhkan pihak lawan. Anggota militer taruhanya antara hidup dan mati.
Akibat
dari konflik tersebut banyak Perempuan dan anak-anak ketakutan. Hujan tangis
runtuh ketika melihat salah satu keluarganya meninggalkannya untuk
selama-lamanya. Banyak sekali warga sipil yang menjadi korbanya. Terutama pada
anak-anak yang kehilangan Ayah, Ibu, dan saudaranya akan mengalami trauma secara
psikis dalam waktu yang sangat panjang. Untuk mengembalikan keceriaan anak-anak
seperti dulu sangat sulit. Membutuhkan proses yang sangat lama memulihkan
psikis paska perang. Sarana komunikasi menjadi terputus. Warga sipil juga sulit berkomunikasi dan bertemu dengan
keluarga yang menjadi korban. Mereka kebingungan mencari kemana lagi
keluarganya. Mereka tidak tau kepastian
jelasnya. Fasilitas umum, pemukiman penduduk, dan rumah ibadah hancur seperti
debu.
Anggota
militer hanya manusia biasa. Di saat berperang dia gagah perkasa berada di
barisan depan melawan musuh yang datang. Membawa senjata laras panjang yang
didekapnya. Memantau kondisi keamanan negara tetap stabil. Siap mati untuk
membela negara. Menghadapi resiko terbesar dalam medan perang. Kita tidak bisa
menebak kondisi di medan perang. kondisi
wilanyah tetap stabil ada juga tiba-tiba musuh menyerang dari belakang. Disisi
lain dia harus meninggalkan keluarga demi tugas negara. Rasa sedih, kangen
campur menjadi satu. Hanya lewat komunikasilah yang digunakan untuk
menyampaikan keadaan keluarganya tersebut. Terkadang juga salah satu dari
keluarganya menjadi korban penembak.
Cuplikan
cerpen “Akulah manusia yang paling sedih. Salah seorang penduduk yang ditembak
tentara saat menyelap itu adalah Bapakku sendiri. Di punggungnya ditemukan tiga
butir peluruh yang menancap” (2014:42). Dari cuplikan ada rasa menyesal dalam
dirinya. Dia tidak bisa melindungi keluarganya sendiri. Kesedihan terus
berkecambuk pada dirinya. Dia saja nyawanya sudah terancam dari pihak musuh
yang mengincarnya. Separuh jiwanya telah pergi. Merontokkan air mata membasahi
pipinya. Ingin berteriang tapi tidak bisa. Keluarga sangatlah berati untuk
hidupnya.