Jumat, 11 April 2014

Cerpen Lembah Bujang karya Shoim Anwar


Separuh Jiwa Telah Pergi

oleh: Uun Undarti Septiani

Lembah Bujang karya M. Shoim Anwar mengangkat tema sosial politik.  Anggota militer yang ditugaskan di daerah perbatasan yang rawan konflik. Untuk mengamankan kesatuan kedaulatan negara. Tugas anggota militer di perbatasan mengawasi warga asing  yang memasuki daerah kekuasaan.  Warga asing digeledah satu persatu dimulai  paspor hingga barang yang dibawa tersebut. Mengantisipasi terjadinya penyelundupan barang-barang ilegal. Misalnya beras impor, bawang impor, bahkan yang kuatirkan adalah senjata api ilegal masuk ke negara itu. Maka anggota militer berusaha keras  agar barang-barang itu tidak masuk atau penyelundupan barang.  Juga mencegah bebasnya warga asing keluar masuk yang tidak disertai identitas lengkap. Bahkan ada juga warga asing yang mencari suaka ke negara lain.  Untuk mencegah terjadinya imigrasi gelap yang ingin mencari suaka ke negara orang.  Meskipun warga asing tidak mempunyai identitas lengkap bahkan sudah dilarang oleh anggota militer untuk memasuki daerah kedaulatan negara lain. Tetap saja nekat masuk kenegara itu.
Melewati jalan-jalan tikus untuk menghindari dari pemeriksaan dari pihak keamanan. Warga asing itu dengan bebas keluar masuk tanpa ada pemeriksaan. Semakin dilarang mereka semakin nekat untuk mencari jalan menuju negara tujuan yang mereka ingin singgahi. Anggota militer tersebut dengan tegas bagi warga yang memasuki kedaulatan kesatuan negara yang tidak mempunyai identitas yang lengkap akan ditangkap bahkan dipenjara bila terbukti melanggarnya.
Warga asing tersebut mencari suaka ke negara lain dengan tujuan untuk mendapatkan kehidupan yang layak. Dari negara asalnya kemungkinan terjadi konflik politik yang ada di daerah asalnya. Sehingga mereka sulit untuk beraktifitas sehari-hari mulai dari bekerja, sekolah, bahkan kebebasan untuk beribadah. Ruang gerak yang dimiliki menjadi sempit tidak sebebas seperti dulu. Sehingga mereka  tidak nyaman dengan negaranya sendiri ingin rasanya   keluar dari itu. Tetapi disisi lain mereka tidak tega untuk meninggalkan tempat kelahirannya. Karena dari tempat itulah ada kenangan yang indah yang sulit dilupakan.
Cuplikan cerpen sebagai berikut  “pendukung partai pemerintah di sekitar wilanyah perbatasan makin mengecil dan mengganti pendukung partai oposisi yang selalu menjanjikan perubahan mesti kami tahu bahwa itu bohong. Hidup di perbatasan ternyata menimbulkan masalah” (2014:44). Dari cuplikan tersebut  suasana politik yang memanas. Saling sikut kanan dan sikut kiri. Terjadi krisis ketidak percayaan warga sipil terhadap elit-elit atas. Mereka yang dibutuhkan adalah kepercayaan yang bisa dipegang bukan janji. Perubahan itu sangat penting bagi  warga sipil.
Bunyi senjata dari darat, laut, dan udara saling berlomba. Ranjau-ranjau ada dimana-mana yang siap diledakan. Letusan itu memekahkan telinga. Barisan panjang teng-teng amvibi dipersiapkan untuk melawan  musuh. Bahkan pesawat yang canggih pun turut ikut serta dalam pertempuran itu. Untuk menjaga keutuhan negara.  Suasana semakin mencekap dan tidak kondusif lagi. Peperangan tidak ada ujungnya. Pagi, siang, dan malam harus siap untuk bertempur. Berbagai stategi disusun mulai dari teknik stategi A sampai Z. Untuk melumpuhkan pihak lawan. Anggota militer taruhanya antara hidup dan mati.
Akibat dari konflik tersebut banyak Perempuan dan anak-anak ketakutan. Hujan tangis runtuh ketika melihat salah satu keluarganya meninggalkannya untuk selama-lamanya. Banyak sekali warga sipil yang menjadi korbanya. Terutama pada anak-anak yang kehilangan Ayah, Ibu, dan saudaranya akan mengalami trauma secara psikis dalam waktu yang sangat panjang. Untuk mengembalikan keceriaan anak-anak seperti dulu sangat sulit. Membutuhkan proses yang sangat lama memulihkan psikis paska perang. Sarana komunikasi menjadi terputus. Warga sipil  juga sulit berkomunikasi dan bertemu dengan keluarga yang menjadi korban. Mereka kebingungan mencari kemana lagi keluarganya.  Mereka tidak tau kepastian jelasnya. Fasilitas umum, pemukiman penduduk, dan rumah ibadah hancur seperti debu.
Anggota militer hanya manusia biasa. Di saat berperang dia gagah perkasa berada di barisan depan melawan musuh yang datang. Membawa senjata laras panjang yang didekapnya. Memantau kondisi keamanan negara tetap stabil. Siap mati untuk membela negara. Menghadapi resiko terbesar dalam medan perang. Kita tidak bisa menebak  kondisi di medan perang. kondisi wilanyah tetap stabil ada juga tiba-tiba musuh menyerang dari belakang. Disisi lain dia harus meninggalkan keluarga demi tugas negara. Rasa sedih, kangen campur menjadi satu. Hanya lewat komunikasilah yang digunakan untuk menyampaikan keadaan keluarganya tersebut. Terkadang juga salah satu dari keluarganya menjadi korban penembak.
Cuplikan cerpen “Akulah manusia yang paling sedih. Salah seorang penduduk yang ditembak tentara saat menyelap itu adalah Bapakku sendiri. Di punggungnya ditemukan tiga butir peluruh yang menancap” (2014:42). Dari cuplikan ada rasa menyesal dalam dirinya. Dia tidak bisa melindungi keluarganya sendiri. Kesedihan terus berkecambuk pada dirinya. Dia saja nyawanya sudah terancam dari pihak musuh yang mengincarnya. Separuh jiwanya telah pergi. Merontokkan air mata membasahi pipinya. Ingin berteriang tapi tidak bisa. Keluarga sangatlah berati untuk hidupnya.




Kamis, 03 April 2014

Menanti Tanpa Batas Waktu


Cerpen berjudul “Surat Terakhir” Karya M. Shoim Anwar mengkritik tentang permasalahan sosial. Dalam cerpen tersebut terjadi hubungan percintaan yang terlarang antara tokoh Aku dengan Susmia. Tokoh Aku dan Susmia adalah teman sekelas di SMA. Susmia seorang wanita yang sangat istimewa di hatinya. Karena keadaanlah yang memaksakan hubungan mereka harus berakhir. Tembok raksasa yang menghalangi dua insan manusia untuk bercinta.
Ketika tokoh aku menghadapi suatu permasalahan. Memaksakan harus memilih antara pendidikan atau cinta. Menurutnya pendidikan sangatlah penting. Dengan pendidikan dapat mengubah nasibnya. Meskipun, dia orang serba kekurangan tetapi dia ingin menjadi sukses dan dunia bisa dirainya. Suatu hal yang tidak mungkin suatu saat menjadi kenyataan.  Disisi lain dia sangat mencintai kekasihnya, yaitu Susmia. Wanita pujaan yang selama ini dia impikan. Dia ingin Susmia menjadi bagian hidunya. Susmia rela menantinya hingga sampai tokoh Aku meraih cita-citanya tercapai.
Pada cuplikan cerpen “Saya tidak sampai hati memperlakukan dia untuk menanti tanpa batas waktu” (2014:142). Cuplikan tersebut membuktikan bahwa ada rasa putus asa pada dirinya. Ditengah jalan langsung berhenti dan menyerah begitu saja. Menjadi seorang laki-laki jangan diam saja dan hanya merenungkan nasib. Seringkali menyalahkan nasib pada dirinya. Mencaci maki dan benci terhadap nasib yang dialaminya. Terkadang juga diterima terhadap diirinya. Seharus memperjuangkan cintanya sampai titik darah penghabisan. Berjuang tanpa mengenal lelah. Selagi dia masih mampu untuk berdiri tegak. Meskipun harus menanti. Penenantian  yang tidak  ada batas waktu. Ada rasa sungkan pada benaknya. Dia tidak mau pujaan hatinya harus menunggunya yang tidak ada kepastian jelas.

Saat waktu memisahkan Susmia dan tokoh Aku. Ketika mereka sudah memiliki pasangan masing-masing tetapi mereka masih saling menyayangi. Suatu keputusan yang sangat disesali pada dirinya, yaitu meninggalkan Susmia. Andai bisa memutarkan waktu kembali dia ingin selalu bersama Susmia sampai akhir hayatnya. Tetapi keadaan berbicara lain. Sekarang Susmia menjadi milik orang lain. Kecewa dan marah berkecambuk dalam diri ini. Susmia juga masih cinta dengan tokoh Aku. Susmia sulit melupakan mantan pacarnya. meskipun disampingnya ada suaminya berani main mata dengan mantan pacarnya tersebu. cuplikan dari cerpen”Susmia menatapku kuat-kuat mulai duduk hingga kini, nyaris tak perna berkedip. Dia benar-benar tidak takut dengan suami.
Dari situlah ada unsur-unsur cinta yang terlarang. Susmia sudah mempunyai suami masih bermain mata dengan mantan pacaranya, yaitu tokoh aku. Meskipun terhalang oleh ruang dan waktu cinta mereka tetap bersemi. Berusaha untuk melupakan masa lalu semakin sulit untuk pergi. Setiap saat dan setiap waktu selalu memfikirkannya. Namanya selalu ingat dalam memorinya. Semakin dia lupakan semakin kuat nama Susmia bahkan dalam tidurnya masih memanggil-manggil nama Susmia. Seorang wanita yang sangat istimewah dihatinya. Cinta pertama melekat dihatinya meskipun dia sudah punya istri. Nama Susmia tetap nomor satu pada dirinya. Istrinya selalu di nomor dua. Dia berusaha untuk mencintai istrinya tetapi tidak bisa. Rindu kepada Susmia terus menjadi beban baginya. Iman pada dirinya terus goyah.
Tokoh Aku egois hanya memfikirkan dirinya sendiri. Acuh tak acuh dengan istrinya sendiri yang menemaninya selama ini dan memberikan dua orang anak kepadanya.  Tokoh aku tidak perna menghargai istrinya. Memberikan sentuhan kasih sayang kepada istrinya sangat jarang. Ada dalam pikirannya hanya Susmia dan Susmia. Surat pemberian dari Susmia yang terakhir selalu dia kenang. Surat tersebut dicium dan dipeluknya seakan tidak mau lepas. Surat tersebut tidak mau pisah darinya. Banyangan Susmia selalu menghantui dalam hidupnya.
 Timbul ada unsur kecemburan pada istri tokoh Aku.  Istri dari tokoh Aku tidak terima bila suaminya menduakannya. Tokoh aku juga tidak terima bila surat dari Susmia diambil oleh istrinya. Perbuatan dari tokoh Aku memperlakukan istrinya tidak adil. Cuplikan dari cerpen sebagai berikut
 “Kamu nyeleweng, ya?” istriku menuding mukaku.
“Nyeleweng apa?”
“Punya pacar lagi! istri menjawab dengan nada tinggi.
“Siapa yang nyeleweng?”.
“Ngaku enggak! istri membentak (2014:146).
Dari cuplikan cerpen di atas tokoh Aku terus membanta tuduhan dari istrinya. Dia tidak mengatakan sebenarnya. Dia berusaha menyembunyikan perasaan yang sesunggunya. Maka dari situlah muncul pertentangan antara tokoh Aku dengan istrinya. Tokoh aku berusaha merebut surat dari Susmia. Surat terakhir pemberian dari Susmia sangatlah penting dari segala-galanya bila dibandingkan dengan keluarganya.
Selain itu semua orang berhak mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya tidak mengenal status atau kedudukan. Menyerah bukan berarti dapat mengubah nasib. Semangat yang tinggi dan kemauan itulah dapat mengubah hidupnya sendiri. Pada kata “Saya orang miskin. Beban saya untuk menyelesaikan amat berat”. Membuktikan bahwa alasan ekonomi yang mencekiknya. Berfikir keras untuk keluar dari permasalahan yang membelitnya. keinginan untuk menyelesaikan kuliah sangat sulit tidak didukung oleh materi yang kurang. Beban yang ada dipundaknya terasa berat. Tekanan terus menekan batinnya. Putus asa terus membelenggunya.

Selasa, 01 April 2014

Kukrik-Kukrik


      
Pada cerpen  berjudul “Jawa, Cina, Madura Nggak Masalah. Yang penting Rasanya...” memiliki kelebihan. Masalah rumah tangga yang diangkat dalam cerpen tersebut. Menggunakan prinsip feminisme liberal. Seorang perempuan menutut haknya sama dengan laki-laki. Sering perempuan dianggap nomor dua. Bahkan, perempuan hanya sebagai perhiasan saja yang tidak memiliki arti apa-apa. Perempuan ingin menjadi nomor satu bukan nomor dua.
Kaum Hawa hanya di dapur, mengurus anak dan melayani suami. Sehingga laki-laki memperlakukan perempuan sesuka hatinya. Sedikit pun tidak memperdulikan perasaannya. Dengan feminis liberal perempuanlah paling berkuasa dan perkasa. Perempuan bisa memiliki derajat di atas seperti halnya pada laki-laki. Kaum adam bisa mengusai perempuan, sebaliknya kaum hawa bisa menguasai para laki-laki. Sehingga perempuan tidak dipandang sebelah mata. Perempuanlah paling hebat dan perkasa.
Hal itu terlukis pada tokoh istri ada keinginan suami yang melayaninya. Dia capek dengan pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga yang harus mengurusi anak dan melayani suami mulai dari pagi hingga malam. Dia lakukan sendirian tanpa dibantu oleh suami. Ada rasa kebosanan dalam dirinya mengapa harus dia yang mengerjakan sendiri, mengapa tidak suami saja melakukannya. Bukan hanya sang istri saja yang merasakan, suami harus ikut adil merasakan penderitaan sebagai ibu rumah tangga.
 Kaum Adam hanya bisa menuntut dan meminta lebih dari istrinya. Berputar seratus delapan puluh derajat perempuan yang menuntut lebih dan lebih dari suaminya. Bila tidak dipenuhi oleh suami, istri akan marah. Bahkan menyuruh suaminya melakukan pekerjaan rumah tangga bahkan membeli perlengkapan kecantikan untuk istrinya. Sehingga suami itu tidak bisa membatah sepatah katapun yang diucapkan oleh istrinya.
Dalam perkawinan sangat dibutuhkan komunikasi. karena tidak terjadi salah paham antara suami dan istri. Tertulis kata “Jawa, Cina, Madura nggak masalah yang penting rasanya. Kulitnya kuning mulus dan bersih. Montok lagi”. Istri berpendapat suami mencari selingan atau selingkuhan. Menganggap dia tidak cantik dan seksi lagi. Alasan tersebut suami mencari kepuasan yang lain. Mencari makanan yang lebih menarik bukan cari selingkungan. Hanya sekedar persepsi yang tidak disertai dengan bukti-bukti secara fakta. Sebelum bertindak harus difikirkan terlebih dahulu tidak mengutamakan emosi semata. Karena dengan emosi tidak menyelesaikan permasalahan yang ada. Bahkan permasalahan menjadi bertambah dan semakin rumit.
Amarah sang istri meletup-letup. Seperti pijar magma yang mengalir. Emosi pada diri yang terus membara. Meredam amarah sulit terkendali pada dirinya. Sehingga tidak berfikir secara jernih.  Suami ingin menjelaskan kepada istrinya tetapi istri memotong pembicaraan. Untuk membelah diri saja sulit untuk memberikan alasannya sebenarnya. Maksudnya bukan untuk selingkuh melainkan istilah bentuk makanan yang enak dan isinya banyak. Perempuan memiliki kepekaan yang sangat sensitif pada perasaan. Bila perempuan terancam disakiti pasti kaum hawa akan menderita. Untuk menembalikan seperti semula membutuhkan  waktu yang cukup lama. Juga mempunyai pengaruh rasa trauma untuk lebih berhati-hati menjalin lagi. Dalam masalah itulah perempuan menjadi tegar dalam menghadapi berbagai masalah.
Kelebihan dilihat dari segi yang lain, yaitu pembaca seakan-akan terbawah kedalam imajiasi. Pembaca sangat tertarik dengan cerita di dalam cerpen tersebut. Khayalan pembaca menganggap dalam pernikahan tidak selamanya tenang dan damai. Terkadang ada gelombang tsunami yang menghantam cukup keras dalam mengarungi pernikahan. Adu argumen, dan rasa cemburu selalu menghiasinya. Hal itu sudah biasa yang dialami dalam rumah tangga. Membangun rumah tangga yang hamonis tidak mudah membalikan tangan. Membutuhkan perjuangan yang keras, saling mengerti dengan pasangan, dan paling terpenting
Dalam perkawinan salah paham dapat dicegah dengan komunikasi dengan baik. Maka dengan menjalin komunikasi dengan baik dapat mencegah timbulnya amarah. Apabila salah satu pasangan sedang marah harus mengalah untuk sementara. Tidak memotong pembiraan dari pasangan. Saling mengintropeksi diri bila melakukan kesalahan dan saling memaafkan pada pasangannya.
Kekurangan  yang ada di dalam cerpen berjudul “Jawa, Cina, Madura Nggak Masalah. Yang penting Rasanya...”. Sebagai pembaca pada kata “Dijamin puas, Om (hal 135). Dia siap memberikan servis untuk kepuasan saya”. Kata tersebut dalam imajnasi pembaca menganggap ada layanan khusus untuk menawakan jasa kepuasan batin secara sesual. Ternyata persepsi pembaca itu salah hanya istilah nama makan dilihat segi bentuknya. Montok bentuk makanannya yang isinya penuh dan padat.  Pelanggan puas untuk menikmati makanan itu. Enak dan enak untuk mau menikmatinya. Sehingga pelanggan mau jajan dan nambah lagi. Konsumen tidak perna bosan untuk berlangganan lagi. Dilihat dari segi diksinya ada beberapa penulisannya masih salah pada kata d ijual, dij amin, dij arah, menudingnuding, kacakacanya, dan orangua. Sebernanya penulisan yang benar adalah dijual, dijamin, dijarah, menuding-nuding, kaca-kacanya, dan orang tua.
Sarannya untuk cerpen “Jawa, Cina, Madura Nggak Masalah. Yang penting Rasanya...”. cerita dalam cerpen tersebut sudah bagus. Pembaca sangat tertarik untuk membaca lagi. Mungkin yang perlu diperbaiki penulisan ejaannya yang diperbaiki. Banyak penulisan ejaan yang salah atau mungkin juga  itu merupakan ciri-ciri khas gaya penulis.