MEREKA
BILANG AKU GILA, SEPERTI DIA!!!
Oleh Uun Undarti Septiani "PBSI"
Cerpen
berjudul “Anak Orang Gila” Karya M. Shoim Anwar mengkritik tentang psikologis.
Suatu keadaan kejiwaan yang dialami oleh setiap individu. Mengalami tekanan
hidup yang sangat berat sehingga sulit menguasai dirinya sendiri. Masalah
internal di dalam keluarganya yang selalu mengganggu hati dan pikiran. Hidup
menjadi tidak nyaman dan tidak ada kedamaian. Ketakutan dan kecemasan yang
selalu mengejarnya kemana-mana.
Pikiran
menjadi kacau dan tenggelam dalam kesedian berlarut-larut. Setiap masalah yang
sedang dihadapi selalu dipendam sendiri tidak perna mengeluarkan unek-uneknya
kepada orang lain. Hal tersebut tidak
baik untuk keadaan kejiwaannya. Apabila individu tersebut tidak menemukan
solusi yang terbaik untuk dirinya sehingga individu tersebut akan terjebak
dalam kediannya sendiri. Bisa saja individu itu menjadi gangguan jiwa karena
tidak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri.
Seperti
halnya pada cerpen yang berjudul “Anak Orang Gila” tokoh aku mengalami
kecemasan dan ketakutan di dalam dirinya. Ketika dia mengetahui bahwa dia
mempunyai mertua yang mengalami gangguan kejiwaan. Kaget dia tidak menyangka
selama ini dia telah dibohongi istrinya sendiri. Selama ini istrinya tidak perna
mengatakan jujur kepadanya tentang keuarganya terutama keadaan bapaknya. Semakin
lama rahasia itu tersiar di telinganya. Tokoh aku langsung kaget dan perasaannya
menjadi campur aduk. Dia tidak terima dan sakit hati terhadap istrinya telah
membohonginya. Tidak perna terbayangkan mendapatkan mertua gangguan jiwa.
Pikirannya menjadi tidak karuan apabila dia mempunyai anak. Akankah gen akan
menular kepada anaknya. Emosi pada diri
semakin hari semakin sulit terkendali. Pikiran negatiflah yang memberikan
stimus padanya.
Ada
perasaan yang sangat menyesal pada dirinya mengapa istinya mempunyai bapak yang
gila, kenapa harus dipertemukan dengan Rani!. Mengapa tidak dengan wanita lain
selain Rani. Tokoh aku sudah mengambil keputusan yang terbaik. Keputusan itu
memiliki resiko apabila mencintai Rani wajib harus suka dengan bapaknya meskipun
mengalami gangguan kejiwaan. Maka timbul emosi negatif pada tokoh aku seperti
marah, kecewa, depresi, dan putus asa. Kecewa disaat mengalami sulit ini tokoh
aku mendengar berita istrinya hamil. Sebentar lagi tokoh aku menjadi seorang
bapak. Bagi pasangan suami istri itu merupakan berita sangat mengembirakan.
Berbeda dengan tokoh aku tidak menginginkan istrinya hamil. Malahan dia ingin
meninggalkan istrinya, menggugurkan kandungan, bahkan melakukan KDRT. Marah
tidak jelas padahal masalah kecil dibesar-besarkan tidak segan-segan dia ringan
tangan yang mendarat ke tubuh istrinya agar istrinya tidak betah dengannya
sehingga dia dapat bercerai dengan istrinya. Jalan keluar itu semua gagal.
Melihat istrinya menangis dan bersipu dihadapanya hatinya menjadi tidak tega.
Tokoh aku bukanlah hati batu ketika istrinya menaklukkan hatinya emosinya
menjadi runtuh. Tokoh aku masih memiliki hati nurani. Mungkin itulah kelemahan
seorang lelaki terhadap wanita.
Tokoh
aku mengalami trauma pada dirinya. Dari istrinya memiliki garis keturunan
gangguan kejiwaan. Kemungkinan istrinya juga akan membawa gen tersebut sehingga
melahirkan anak secara otomatis anaknya akan ikut menjadi gila. Di dalam
dirinya kecewa apabila analisanya itu benar. Perasaannya gelisah setelah
menganalisis garis keturunan dari istrinya. Dia akan menjadi malu mendapatkan
anak gila. Banyak orang mencibir, dan menghinanya. Takut, takut, dan takut
menyerang dirinya. Mendingan tidak mempunyai anak daripada mempunyai anak tapi
gila. Itulah hal membuat pusing kepala saja. Masalah itu membuat pikirannya
tidak tenang. Masalah tersebut membuat dirinya banyak menyita waktunya bahkan
dia setres memfikirkannya. Maka dari peristiwa itulah tokoh aku mengalami post traumatic stress disoder. Cuplikan
dari cerpen “ Saya memilih anaknya mati atau tak punya anak daripada punya anak
tapi gila. Saya merasa, betapa malunya seorang yang mempunyai anak gila”
(2013:115).
Tokoh
aku cepat panik dan mudah tersinggung ketika mendengar berita yang tidak
mengenakan hati dia langsung marah-marah tidak jelas. Dia sulit mengendalikan
emosi negatifnya tersebut. Pikirannya
tidak jernih lagi ketika menghadapi masalah yang sama. Pikirannya menjadi
kacau. Akibat dari setres yang berpanjangan. Saat tuntutan hidup terus tidak
terkendali menyebabkan tokoh aku mengalami depresi yang sangat hebat. Akibatnya
muncul reaksi negatif seperti reaksi psikologis, dan reaksi fisiologis Rekasi
psikolgis muncul ketika tokoh aku tidak menguasai emosi dan pikirannya.
Sehingga tokoh aku mudah marah, sedih, dan tersingguh ketika mendapatkan
percikan api. Cuplikan dari cerpen “Saya melihat telunjuk lelaki itu digerak-gerakkan
ketika bersalaman seakan memberi kode tertentu. Spontan perasaan saya cemburu
kepadanya (2013:118).
Tokoh
aku saat mengalami ketakutan, cemas, dan stress. Mengakibatkan terjadi reaksi
fisiologis pada dirinya. Maka reaksi fisiologis yang ditimbulkan adalah sering
pusing kepala yang terus-menerus memfikirkan masalahnya yang tidak ada ujunya
itu. Masalah itu terus menerornya setiap saat. Amarah dan emosi mengendap di
dalam pikirannya. Cemas dan ketakutan yang menggegeroti tubuhnya. Dari pikiran
memicu penyakit datang menyerang kepada tubuh ini. Akibatnya sakit sehingga
tidak bisa masuk kerja. Cuplikan dari cerpen yang berjudul Anak Orang Gila
sebagai berikut. ”Kepala saya pusing. Ruangan itu sekarang berputar-putar” (2013:119).
“ Keadaan keehatan saya melorot, tubuh saya kian kurus seperti wayang kulit.
Mimpi-mimpi buruk sering meneror, kepala pusing, nafsu makan menurut drastis.
Saya sering sakit hingga beberapa hari tak masuk kerja” (2013:118).
Setres
pada setiap individu dapat dicari jalan keluar. Mencari faktor-faktor apa yang
menyebabkan individu cemas dan ketakutan. Setelah mendapatkan solusi yang tepat
pada dirinya diberikan stimulus yang positif agar dirinya lebih kuat menghadapi
masalah meskipun masalah itu rumit. Motivasi hidup, dukungan dari keluarga yang
dapat membangkitkan semangat pada diri yang sudah redup, dan berserah diri
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Setelah berdoa akan mendapatkan ketenangan dan
kedamaian hati. Itulah yang dibutuhkan pada individu yang mengalami post traumatic stress disorder.
Sebaliknya
jangan membiarkan individu yang mengalami traumatik diberi stimulus yang
negatif. Akibat stimulus negatif itu akan menambah kebencian, marah, ketakutan,
panik, dan kecemasan pada individu tersebut. Apabila tidak ditangani individu
akan kesulitan mencari jalan keluar dan terkurung dalam kesediaan. Hal yang
terburuk adalah individu akan mengalami ganggungan kejiwaan. Tekanan-tekanan
yang terus menghimpit hidupnya. Cuplikan dari cerpen sebagai berikut.
“Hari-hari berikutnya, dibawah pohon, seorang lelaki dibelenggu dalam pasungan.
Di sebelah kanannya, seorang perempuan menangisi sambil menggendong seorang
anak yang tumbuh segar dan sehat. Dia sekarang menjadi gila seperti mertuanya”
(2013:120).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar